Posts

Adab Ketika Berjalan (bag. 1)

Terdapat adab/etika ketika kita berjalan yang wajib kita amalkan untuk keselamatan dari celaka dan supaya hidup kita dimulyakan diantara manusia : 1. Selalu mendahulukan kaki kiri ketika keluar dari rumah sembari berdo'a : بِسْمِ اللهِ تَوَكَّلْتُ عَلَى اللهِ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ اَلَّلهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُبِكَ أَنْ أَضِلَّ أَوْ أُُضَلَّ أَوْ أَزِلَّ أَوْ أُُزَلَّ أَوْ أُظْلِمَ أَوْ أُُظلَمَ أَوْ أَجْهَلَ أََوْ يُجْهَلَ عَلَيَّ أَوْ أَبْغِيَ أَوْ يُبْغَي عَلَيَّ " Dengan menyebut nama Allah aku bertawakal kepada Allah tidak ada daya dan kekuatan kecuali milik Allah. Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesesatan atau disesatkan, dari tergelincir atau digelincirkan, dari kedzaliman atau didzalimi , dari kebodohan atau dibodohi, dari kemaksiatan. " Berjalanlah di jalan yang memberikan kemanfaatan untukmu atau orang lain, jangan berjalan untuk kemaksiatan atau untuk mencelakai orang lain. Karena sesungguhnya kakimu seperti anggot

Doa Tobat Nabi Adam a.s.

Image
رَبَّنَا ظَلَمْنَآ أَنْـفُـسَـنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَسِرِيْنَ " Tuhan Pemelihara kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni dan merahmati kami, pastilah kami termasuk orang-orang yang rugi ." (QS. al-A'raf: 23) Doa ini dikisahkan al-Qur'an sebagai ucapan Nabi Adam a.s. dan Hawa. Sesudah mereka makan buah dari pohon yang dilarang oleh Allah SWT, bagi mereka untuk mendekatinya, keduanya menyatakan penyesalan dan bertaubat kepada Allah SWT, atas dosa yang mereka perbuat dengan mengucapkan doa tersebut. Doa inilah yang dipahami sebagai kalimat-kalimat yang diajarkan oleh Allah SWT, kepada Adam a.s. dan Hawa sebagaimana tersebut dalam firman-Nya : " Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhan Pemeliharanya, maka Dia kembali (dengan mencurahkan rahmat dan pengampunan) kepadanya. Sesunguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Pengasih ." (QS. al-Baqarah: 37). Doa-do

Permulaan/Persiapan Bagi Orang Yang Mempelajari Ilmu Tauhid (bag. 1)

Image
Bagi setiap yang akan mempelajari suatu ilmu, termasuk ilmu Tauhid, terlebih dahulu perlu mengetahui 10 macam Mabadi (permulaan/persiapan) : 1. Ta'rif / Definisi Definisi Tauhid ada tiga macam : a. Menurut bahasa/etimologi : الْعِلْمُ بِأَنَّ الشَّئَ وَاحِدٌ Artinya : Mengetahui bahwa sesuatu itu adalah satu b. Menurut syar'an/terminologi : عِلْمٌ يَقْتَدِرُ بِهِ عَلَى إِثْبَاتِ الْعَقَاعِدِ الدِّيْنِيَّةِ مُكْتَسِبٌ مِنْ أَدِلَّتِهَا اليَقِيْنِيَّةِ Artinya : Ilmu yang menetapkan aqidah agama Islam yang diambil dari dalil-dalil yang yaqin b. Menurut Syar'i : إِفْرَادُ المَعْبُوْدِ بِالعِبَادَةِ مَعَ إِعْتِقَادِ وَحْدَتِهِ وَالتَّصْدِيْقِ بِهَا ذَاتًاوَصِفَاتًا وأَفْعَالًا Artinya : Allah yang disembah, serta mengitikadkan tunggal-Nya disertai dengan pengakuan dan penerimaan ketunggalan Dzat, Sifat dan Af'al-Nya (pekerjaan-Nya). Dari tiga definisi tersebut dapatlah disimpulkan bahwa manusia pada pokoknya ada yang bertauhid dan ada yang t

Tafsir Surat Yunus ayat 1-2

Image
FENOMENA WAHYU Fenomena wahyu merupakan simpul keterhubungan antara Tuhan dan sebagian manusia dari kalangan para nabi dan rasul. Seandainya bukan lantaran adanya keterhubungan ini, niscaya tidak akan ada agama, hukum-hukum syariat, dan aturan Tuhan yang diterapkan-Nya bagi hamba-hamba-Nya. Seandainya bukan lantaran wahyu maka kita tidak akan mengetahui apapun yang berkaitan dengan perkara-perkara gaib di alam akhirat dan yang terjadi setelah kematian berupa perhitungan amal, adzab, titian, surga dan neraka. Dan, seandainya bukan lantaran wahyu Ilahi, kehidupan manusia niscaya seperti kehidupan hutan belantara yang mana pihak yang kuat mendominasi pihak yang lemah tanpa takut terhadap perhitungan amal atau ketentuan pertanggung jawaban. Keheranan terhadap fenomena wahyu bermuara pada ketiadaan iman kepada Allah SWT dan dominasi pemikiran materialisme serta pengaruh kuat dari hawa nafsu serta syahwat tanpa pertimbangan dan pengetahuan terhadap sejauh mana kekuasaan Allah SWT,

Thaharah (Bersuci), Macam-macam Najis, dan Air dan Wadah (bagian 1)

Image
A. Thaharah Masalah thaharah perlu dibahas karena ia menjadi syarat sah Shalat. Yaitu dengan membersihkan hadats yang ada pada seseorang sebab batalnya wudhu, baik karena buang air kecil, buang air besar, maupun hal yang sejenis; atau dengan menghilangkan najis yang melekat pada badan, pakaian, dan tempat. Hal ini berdasarkan dalil hadits yang berbunyi : " Kunci shalat adalah kesucian " (HR. Abu Dawud, at Tirmidzi, Ibnu Majah dan Imam Syafi'i) atau bersuci. 1. Pembagian Air Suci Air yang boleh digunakan untuk bersuci ada tujuh macam, yaitu air hujan, air laut, air sumu, air sungai, air dari mata air (air tanah), salju dan air embun. Kesucian air hujan berdasarkan firman Allah SWT. " Allah menurunkan kepada kalian hujan dari langit untuk menyucikan kalian dengan hujan itu, " (QS. al-Anfal ayat 11); dan sabda Nabi SAW mengenai kesucian air laut, " Laut itu suci airnya dan halal bangkainya " (HR. al-Bukhari). Sabda Nabi SAW mengenai kesucian